Setelah sibuk dengan pengembangannya,
AMD kini telah memiliki prosesor generasi kedua yang mengutamakan
konsumsi daya rendah dan grafis terintegrasi yang bertenaga.
Prosesor A-Series APU (accelerated processing unit, gabungan dari CPU
dan pengolah grafis) berkode nama “Trinity” tersebut digadang-gadang
menjadi lawan bagi prosesor seri “Ivy Bridge” dari Intel, rival utama
AMD dalam industri mikroprosesor.
Seperti Ivy Bridge, Trinity memiliki
hingga empat inti prosesor dan dilengkapi dengan unit pemroses grafis
terintegrasi. Unit grafis Trinity menggunakan arsitektur Northern
Islands yang juga diimplementasikan pada kartu grafis Radeon seri HD
6000 dari AMD. Berkat pemroses grafis terintegrasi itu, AMD mengklaim
bahwa Trinity mampu memberikan pengalaman bermain game yang lebih baik
pada pengguna.
“Trinity bisa memutar video HD 1080p,
dan menjalankan game di angka 30 frame per detik,” ucap Sasa
Markinkovic, kepala pemasaran produk desktop dan software AMD, seperti
dikutip dari Cnet.
Angka 30 frame per detik adalah standar
minimal agar game bisa dijalankan dengan mulus.”Ivy Bridge memang
memberi kemajuan dalam hal olah grafis, tapi kinerjanya masih belum
cukup untuk bermain game HD.” Adapun inti prosesor Trinity mengadopsi
arsitektur “Piledriver” yang menggunakan teknologi penghematan daya
bernama “resonant clock mesh technology”. Teknologi ini memungkinkan
Trinity mendaur ulang sebagian energi listrik yang digunakannya selama
beroperasi.
Hasilnya, konsumsi daya Trinity bisa
ditekan hingga 17 watt, atau hanya setengah dari angka yang dicatat
pendahulunya, Llano. Karena hemat daya, baterai laptop yang menggunakan
prosesor inipun diklaim bisa bertahan sampai 12 jam. Rencananya,
produk-produk komputer yang menggunakan prosesor ini akan mulai
dipasarkan bulan Juni. Laptop super-tipis atau biasa disebut “ultrabook”
memang menarik, tetapi juga cukup menguras kantong. Menanggapi hal
tersebut, AMD mengambil langkah berbeda dengan menawarkan produk yang
lebih murah dari kompetitor.
Seperti dilansir oleh Reuters, Chief
Executive AMD Rory Read mengatakan bahwa Intel terlalu menganggap tinggi
kesediaan konsumen untuk membayar mahal demi mendapat laptop kelas
atas. AMD berencana untuk menjual laptop tipis yang menggunakan chip
Trinity buatannya -yang disebut sebagai laptop “Ultrathin”- dengan harga
kisaran US$ 600 atau sekitar 6 juta-an rupiah. Angka tersebut kurang
lebih sama dengan harga laptop konvensional yang berukuran tebal, dan
jauh lebih murah dibandingkan Ultrabook.
Meskipun memiliki beberapa kelebihan
seperti prosesor yang bertenaga dan bentuk tipis, Laptop dari jenis
“Ultrabook” yang dipromosikan oleh Intel dipatok dengan harga cukup
tinggi, mencapai kisaran belasan juta rupiah.
“Ini adalah sebuah kesempatan untuk
mengambil keuntungan dari peluang yang diciptakan oleh orang
(kompetitor) lain,” ucap Read. Lebih jauh, Read mengatakan bahwa Intel
mematok harga yang terlalu tinggi untuk bisa meraih angka 40% dari
seluruh volume penjualan laptop, seperti yang ditargetkan oleh raksasa
chip tersebut bagi ultrabook. “Peluang justru ada di pasar mainstream,”
tandasnya.
Ultrabook adalah istilah yang digunakan
Intel untuk menyebut jenis laptop super-tipis yang dilengkapi
fitur-fitur kelas atas seperti cangkang berbahan metal dan Solid State
Disk.

Responses
0 Respones to "AMD Luncurkan Prosesor Trinity Untuk Saingi Kehebatan Ivy Bridge Intel"
Posting Komentar